WA dari Sang Mantan.
Ting!!
Sebuah notifikasi masuk. Aku buka, ternyata WA dari seseorang yang masih berupa nomor, belum disimpan namanya.
[Assalamualaikum. Met malam, Pak Ndan]
Aku menimbang-nimbang. Jawab atau nggak ya. Akhirnya kujawab juga.
[Waalaikum salam]
[maaf ganggu gak nih]
[nggak juga. Maaf ini siapa ya?]
[ Mitha ]
Ooohhh... Mitha, sang mantan waktu cinta monyet dulu.
[ooh Mitha. Apa kabar Mit? Sekarang dimana]
[Di Cisalak, kamu dimana Ris?]
[dekat dong. Aq di cibubur]
Tiba-tiba tanpa diminta, Mitha kirim foto selfi. Waahh cantiiikk, hidungnya bangir, senyumnya menggoda, matanya tajam penuh misteri, dadanya... Woooww.
Ada perasaan bergejolak panas di kepala. Tapi aku mencoba tenang.
[cantik *kasih jempol*]
[makasih Ris...]
Tanpa diminta dia lagi-lagi mengirimkan beberapa foto tampak depan, tampak samping, dan tampak lumayan jauh . Ini maksudnya apa ya . Di foto tersebut, dia tampak gemulai, cantik, dengan pakaian dan tas yang modis. Bukan MOdal DISkon kayak ....
Ah sudahlah, aku mendengus geli sendiri.
[kirim fotomu donk Ris. Pengen liat kamu sekarang kayak apa]
[ok!]
Aku mencari-cari di galeri. Nah, segera kuklik tanda share. Dua foto kukirim
[foto kamu yang sendiri donk Ris. Koq foto keluarga semua sih...]
[aku ga punya foto narsis Mit. Hehehe... Katanya mau liat keadaanku sekarang. Ya seperti yang di foto...]
[senyum kamu masih sama ya. Gak berubah...]
[siip...]
[Ris, aku mau ketemu kamu boleh?]
[ada perlu ya Mit?]
[waah mentang2 sekarang udah komandan, kalo ketemu harus yang punya keperluan ya Ris? ]
[nggak siih... Hehehe maaf ]
[aq mau ngobrol sama kamu Ris... ]
[main ke rumah ku aja. Ajak keluargamu, Mit]
[di rumah ada istrimu?]
[ada donk. Nanti aku kenalin. Sekalian kenalan sama keluargamu]
[nggak deh... Ketemu di luar aja]
Lohh... Aneh. Aku garuk-garuk dengkul.
[bisa kan Ris?] tanyanya lagi, tak sabar menunggu jawabanku.
[sama siapa aja]
[sama aq aja koq]
[nggak enak kalau berdua aja. Aq kan dah berkeluarga. Kamu juga kan...]
[justru aku mau cerita masalah rumah tanggaku Ris ]
[ooh mau curhat ya Mit... Ya udah di WA aja. Emang kenapa]
[aku ga bisa di WA. Soalnya sediiihhh banget Ris. Kalo deket kamu kan bisa menguatkan ]
Glek! Aku menelan ludah.
[Mit, aku ga enak kalau ketemuan berdua. Apalagi dengerin curhat masalah rumah tanggamu. Maaf ya Mit.]
[kenapa sih Ris]
[nggak enak Mit. Lagipula masalah rumah tanggamu tuh tabu loh kalau diekspose ke orang lain seperti aku]
[kamu kan bukan orang lain. Malah aku kenal kamu duluan daripada suamiku. Aku tau Kamu orangnya baik. Bisa dipercaya. Nggak ngember...]
[tapi aku ga enak dengernya. Saranku kamu curhat sama kakakmu atau adikmu. Supaya lebih aman ceritanya. Kalau ada aib toh, saudaramu sendiri yang tau, bukan orang lain]
[aku kan anak tunggal. Gimana sih kamu Ris. Udah lupa ya...]
[eeh, maaf lupa ]
[ketemu besok ya Ris]
[Maaf Mit. Aq ga bisa]
[kenapa?]
[Pertama, ya itu tadi, aku gak mau denger curhat rumah tanggamu atau siapapun. Kedua, aku gak enak sama Tania, bojoku. Kan dia tau kamu mantanku. Pasti dia ga suka aku berduaan sama kamu, setau ataupun nggak setau dia]
[hmm... Ya udah deh. Maaf ganggu ya Ris]
[maaf ya Mit. Aku ga bisa bantu]
[ok Ris. Assalamualaikum]
[waalaikum salam]
Aku menghapus percakapan tersebut dan memblokir nomor tersebut. Lalu HP tersebut pelan-pelan aku letakan di tempat semula.
Mas Haris masih mendengkur. Untungnya dia kalau tidur kayak kebo, biar ada beduk ditabuh di sampingnya, dia bisa tetap pulas.
Baiklah sekarang saatnya tidur. Aku merebahkan diriku di samping mas Haris, memeluknya dibalik selimut. Selamat malam dunia, semoga semua orang baik-baik saja.
SELESAI.
